MOTIVASI KERJA TENAGA KESEHATAN
Skripsi
FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KERJA TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS DANGA KABUPATEN
NAGEKEO PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
TAHUN 2013
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
RIKARDUS KOBA
0910054
BAGIAN ADMINISTRASI DAN
KEBIJAKAN KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN TAMALATEA
YAYASAN PENDIDIKAN TAMALATEA
MAKASSAR
2014
ABSTRAK
RIKARDUS KOBA
“Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo
Tahun 2013“
(x + 66 Halaman + 12 Tabel + 8
Lampiran)
Motivasi kerja merupakan proses mempengaruhi atau mendorong
seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan. Beberapa hal yang mempengaruhi motivasi kerja tenaga kesehatan
diantaranya pemberian insentif, kondisi kerja, hubungan dengan rekan kerja dan
masa kerja.
Penelitian ini menggunakan penelitian surfey
analitik dengan rancangan cross sectional study untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja tenaga kesehatan di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah semua tenaga kesehatan yang bekerja di
Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo. Sampel adalah tenaga kesehatan yang bertugas
di Puskesmas Danga dengan pengambilan sampel secara exhaustive sampling yaitu keseluruhan populasi dijadikan sampel mengingat besar
populasi yang dapat dijangkau peneliti. Cara pengumpulan data
diperoleh dengan wawancara langsung menggunakan kuisioner.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pemberian insentif pada tenaga kesehatan
di Puskesmas Danga baik dengan jumlah 23 (92.0%) responden dari 25 responden
yang menganggap insentif baik mendukung motivasi kerja baik. Kondisi kerja baik
dengan jumlah 17 (65,4%) responden dari 26 responden yang menganggap kondisi
kerja baik mendukung motivasi kerja baik. Hubungan dengan rekan kerja baik
dengan jumlah 16 (64,0%) responden dari 25 responden yang menganggap hubungan
dengan rekan kerja baik mendukung motivasi kerja baik. Masa kerja baik dengan
jumlah 17 (65,4%) responden dari 26 responden yang menganggap masa kerja baik
mendukung motivasi kerja baik.
Dalam penelitian ini disarankan agar pemerintah
setempat lebih memperhatikan lagi pemberian insentif kepada petugas kesehatan
sesuai dengan prestasi kerja dan meningkatkan upaya untuk mengantisipasi
kejenuhan dengan menata ruang kerja, sehingga petugas kesehatan tidak jenuh dan
termotivasi dalam bekerja serta tenaga kesehatan menjaga lingkungan kerja yang
memberikan kenyamanan, yang diciptakan melalui hubungan yang saling mendukung
antara tenaga kesehatan lainnya dalam bentuk komunikasi, interaksi dan saling
menghargai untuk meningkatkan motivasi kerja.
Kata kunci: Insentif, Kondisi Kerja, Hubungan Rekan
Kerja, Masa Kerja
Daftar Pustaka : 21 ( 1987 – 2013)
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih
kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karuniaNyalah semata, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi ini yang
berjudul “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Danga Kabupaten
Nagekeo Provinsi Nusa Tenggara Timur”. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada
program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan Pendidikan
Tamalatea Makassar.
Penulis
menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan baik cara
penulisan maupun penyusunannya, sehingga hasil penelitian ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih yang
tulus kepada orang tua Ayahanda Fransiskus Sopi dan Ibunda Wighberta Dhengi yang telah mengasuh,
membesarkan dan membantu dengan doa dan moril serta materi selama melaksanakan
kuliah. Terima kasih atas segala pengorbanan, kesabaran, doa, dukungan, dan semangat
yang tak ternilai kepada Tante Ririn Tima, Adik Iren Dhosa dan Berto Djago yang telah memberikan
semangat dan motivasi dengan penuh kasih sayang sehingga saya dapat
menyelesaikan kuliah di STIK Tamalatea Makassar.
Pada kesempatan ini pula, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1.
Bapak H.Rahmat Haris, SE., Selaku Ketua Yayasan Pendidikan Tamalatea
Makassar yang telah menyediakan sarana dan prasarana pendidikan
2.
Bapak Drs. Lasanada M.M, selaku Ketua STIK TM,
sekaligus pembimbing II, Bapak dan Ibu Pembantu Ketua I, II, dan III serta
seluruh staf pegawai yang telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan.
3. Ibu Dra. Nurbaeti M.Kes selaku ketua bagian Administrasi Kebijakan
Kesehatan
4. Ibu Eha Sumantri, S.K.M selaku Pembimbing I dan Bapak Pembimbing
II yang telah membimbing dan membantu penulis selama mengikuti pendidikan di
STIK Tamalatea Makassar dan yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
dalam membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari awal hingga akhir penulisan
skripsi ini.
5. Prof. Dr. Ir. H. Jalil Genisa, Ms., selaku penguji 1, Bapak Idris, S.K.M., selaku penguji II, dan Bapak Tadjuddin Tulang S.K.M, M.Kes., selaku
penguji III
6.
Segenap Kelembagaan Intern/Ekstern Mahasiswa STIK Tamalatea
dan pihak tekait lainnya
7.
Bapak
Gubernur Sulawesi Selatan, c.q Kepala Badan Penelitian dan pengembangan Daerah
beserta Stafnya yang telah memberikan Rekomendasi Penelitian.
8. Bapak
Bupati Nagekeo dan
Kesbang, Pol-Linmas yang
telah memberikan izin penlitian.
9.
Bapak
Kepala Puskesmas Danga dan Responden yang
telah menerima dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.
Terima kasih teman-teman seperjuangan dan teman-teman PBL, KKLP
posko 9, rekan-rekan
angkatan 2009, juga adik-adik angakatan 2010, 2011,2012 dan teman-teman Pondok
Garden yang selalu ada dalam suasana suka maupun duka sepanjang perkuliahan dengan memberi dorongan dan membantu
dengan tulus dalam menyelesaikan Skirpsi ini.
Makassar, Januari 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organisation (WHO) bahwa
Indonesia masuk
dalam 5 negara dengan motivasi tenaga kesehatannya paling rendah, selain Vietnam, Argentina, Nigeria dan India. Hal ini disebabkan karena tidak diperhatikannya kebutuhan tenaga kerja ditinjau dari aspek pemenuhan kesejahteraan (Swarburg R C, 2005:42).
dalam 5 negara dengan motivasi tenaga kesehatannya paling rendah, selain Vietnam, Argentina, Nigeria dan India. Hal ini disebabkan karena tidak diperhatikannya kebutuhan tenaga kerja ditinjau dari aspek pemenuhan kesejahteraan (Swarburg R C, 2005:42).
Hasil survei DEPKES RI tahun 2006 diperoleh informasi bahwa kurangnya
motivasi kerja yang muncul dari tenaga kesehatan karena mereka memiliki
berbagai rintangan misalnya tidak diperhatikan secara insentif oleh pihak dinas
kesehatan. Berdasarkan hasil pantauan petugas
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Pusat jakarta tahun 2006 diperoleh
informasi bahwa dari sekitar 175.000 orang tenaga kesehatan, 98.512 orang atau
56% mengeluhkan tentang rendahnya insentif yang diterima dari institusi tempat
mereka bekerja.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) menyebutkan bahwa tujuan pembangunan
kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi penduduk agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai unsur
kesejahteraan umum dan tujuan nasional.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber
dayanya harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna mencapai hasil
yang optimal. Oleh karena itu, pembangunan kesehatan yang menyangkut upaya
peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif), harus
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Depkes RI, 2005)
Kinerja
atau performance adalah hasil karya yang dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi. Sehingga
dapat dikatakan kinerja suatu organisasi guna mencapai tujuan sangat
dipengaruhi oleh kinerja anggotanya. Namun sebaliknya jika kinerja organisasi
tidak optimal, maka tujuan organisasi tidak akan tercapai (Marni, 2008)
Puskesmas sebagai suatu kesatuan organisasi
fungsional yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha
kesehatan pokok. Pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas adalah
pelayanan kesehatan menyeluruh (Ilyas, 2001)
Namun
pelayanan di puskesmas terkadang tidak sesuai dengan standar kompetensi yang
dibutuhkan serta tidak memberikan kepuasan pada pasiennya apalagi jika
diperparah dengan suasana lingkungan yang tidak kondusif, maka mutu pelayanan
perawat dan kinerja perawat menjadi rendah tidak berkualitas sehingga akan sulit mencapai tujuan pelayanan perawatan yang diharapkan
(Lismidar 1990 dalam Mansyur, 2006).
Seorang
tenaga kesehatan dalam melaksanakan dan memberikan pelayanan keperawatan diberi
wewenang sesuai dengan kompetensi dan pendidikan yang diperolehnya mulai dari
dokter, bidan, tenaga apoteker, asisten apoteker, perawat, pekarya dan
lain-lain sehingga kompetensi tersebut menunjukkan kemampuan profesional yang
baku dan merupakan standar profesi untuk tenaga kesehatan (Priharjo, 1995). Keberhasilan seorang tenaga kesehatan ditingkat
puskesmas terletak pada kepribadiannya, kemampuan dalam membina hubungan dan
pergaulan sosial antar rekan sejawat maupun masyarakat. Sebab itu dalam tugasnya
perlu memandang semua tenaga kesehatan formal maupun non formal.
Sebagai pusat
pelayanan kesehatan strata pertama diwilayah kerjanya, puskesmas merupakan
sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang wajib menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara bermutu, terjangkau, adil dan merata. Pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan adalah pelayanan kesehatan dasar yang sangat dibutuhkan oleh
sebagian besar masyarakat dan sangat strategis dalam upaya meningkatkan status
kesehatan masyarakat umum.
Petugas puskesmas
sebagai sumber daya manusia utama yang dimiliki oleh Puskesmas. Oleh karena
itu, SDM Puskesmas perlu dibina dan dikembangkan baik motivasi, inisiatif dan
keterampilannya sehingga dapat bekerja lebih produktif. Sesuai dengan sistem
manajemen modern, staf Puskesmas
merupakan faktor produksi utama untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang
bermutu. Kebijakan supervisi dan hubungan antar manusia bagi tenaga kesehatan
merupakan pilar-pilar utama dalam meningkatkan kinerja tenaga kesehatan di puskesmas
yang merupakan sentral pelayanan kesehatan masyarakat.
Puskesmas Danga merupakan puskesmas rawat inap
dengan jumlah tenaga kesehatan pada tahun 2012 sebanyak 36 orang yang meliputi Dokter Umum sebanyak 2 orang, Dokter Gigi sebanyak 1
orang, pelaksana perawatan sebanyak 10 orang, pelayanan rekam
medis sebanyak 7 orang, pelaksana rawat
gigi sebanyak 4 orang, Bidan sebanyak 5 orang, pelaksana Sanitasi sebanyak 2 orang, Farmasi
sebanyak 2 orang dan Gizi sebanyak 3 orang. (Sumber: Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo Propinsi NTT, 2013).
Berdasarkan data
awal didapatkan bahwa permasalahan yang sering timbul dikalangan tenaga
kesehatan di Puskesmas Danga adalah adanya keluhan mengenai penerimaan
isnsentif tidak sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan, adanya pekerjaan
yang tidak tuntas dan tidak diselesaikan tepat waktu,sementara keluhan lainnya
sehubungan dengan kondisi kerja adalah timbulnya rasa bosan atau jenuh karena ruangan
kerja kurang tertata rapih, pencahayaan yang kurang baik sehingga membuat tenaga kesehatan kurang nyaman dalam
bekerj serta kelengkapan
alat periksa dan ragam obat yang masih kurang.
Dari pengamatan diatas, maka peneliti terdorong untuk melakukan
penelitian mengenai motivasi kerja tenaga kesehatan di Puskesmas Danga
Kabupaten Nagekeo.
B.
Batasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi pada faktor-faktor
yang mempengaruhi
motivasi kerja tenaga kesehatan antara
lain kondisi kerja, hubungan dengan rekan sekerja, pemberian insentif serta masa kerja pada tenaga
kesehatan di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo.
C.
Rumusan Masalah
Berbagai masalah uraian diatas maka dapat
dirumuskan masalah penelitian berikut
: Bagaimanakah motivasi kerja tenaga kesehatan di Puskesmas Danga Kabupaten nakegekeo tahun 2013 ?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh
gambaran motivasi kerja tenaga kesehatan
di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan
antara motivasi kerja tenaga kesehatan dengan pemberian insentif di Puskesmas Danga
Kabupaten Nagekeo tahun 2013.
b. Untuk mengetahui hubungan
antara motivasi kerja tenaga kesehatan dengan kondisi kerja di Puskesmas Danga
Kabupaten Nagekeo tahun 2013.
c. Untuk mengetahui hubungan
antara motivasi kerja tenaga kesehatan dengan hubungan dengan rekan kerja di
Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo tahun 2013.
d. Untuk mengetahui hubungan
antara motivasi kerja tenaga kesehatan dengan massa kerja di Puskesmas Danga
Kabupaten Nagekeo tahun 2013.
E.
Manfaat Penelitian
1. Dapat
memberikan informasi bagi pihak puskesmas dalam memotivai tenaga kesehatan
dalam peningkatan produktivitas kerja
2. Sebagai
bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan pustaka bagi
masyarakat yang mebutuhkan
3. Memperluas
wawasan, menambah pengetahuan dan pengalaman berharga bagi peneliti khususnya
yang berhuungan dengan pelayanan kesehatan
BAB II
KEADAAN UMUM PUSKESMAS DANGA
A. Keadaan Geografis
Puskesmas Danga merupakan salah satu puskesmas yang terdapat di kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo,
wilayah kerja Puskesmas Danga dengan luas wilayah 102,53 KM2, Jumlah desa 19 dan 1 kelurahan, dengan
batas-batas :
Ø Utara : Puskesmas
Boawae, Kecamatan Boawae
Ø Selatan : Laut sawu
Ø Timur : Puskesmas
Maunori, kecamatan Keo Tengah
Ø Barat : Puskesmas
Golewa, Kecamatan Golewa, Kab.Ngada
B. Keadaan Demografis
Jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Danga sebanyak
23.632 jiwa, dengan jumlah wanita
sebanyak 11.865 dan laki-laki sebanyak 11.865.
C. Visi dan Misi
Visi: Terwujudnya pelayanan
kesehatan yang optimal menuju masyarakat sehat.
Misi:
1.
Peningkatan mutu dan manajemen
kesehatan
2.
Peningkatan pencegahan penyakit
menular dan kesehatan lingkungan
3.
Peningkatan upaya kesehatan sumber
daya masyarakat dan perilaku hidup bersih dan sehat.
D. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dalam melaksanakan kegiatan ini ditunjang beberapa fasilitas yang
dapat dilihat pada table berikut
Tabel 1
Jumlah sarana kesehatan di puskesmas Danga
Tahun 2013
No
|
JENIS FASILITAS
|
JUMLAH (UNIT)
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
|
Puskesmas
Puskesmas Pembantu (Pustu)
Polindes
Posyandu
Rumah dinas
Ambulance (Mobil)
Computer
Motor Dinas
Rak Obat
Lemari arsip
Lemari Es (Vaksin)
SSB
Kursi petugas
Kursi pasien/bangku
Tempat tidur pasien
Poliklinik Set
Dental Set
Kia Set
APF Set
KB Set
|
1
7
13
20
2
1
5
3
2
4
4
6
2
27
20
20
1
2
1
1
1
|
E. Tenaga Kesehatan
Dalam rangka peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan
kesehatan maka hampir semua tenaga kesehatan di Puskesmas Danga mempunyai tugas
rangkap.
Tabel 2
Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Danga
Tahun 2013
No
|
Jenis Tenaga
|
Jumlah
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Dokter Umum
Perawat
Bidan
Gizi
Dokter gigi
Pelaksana Sanitasi
Farmasi
Perekam
medik
Perawat Gigi
|
2 orang
10
orang
5
orang
3
orang
1
orang
2 orang
2 orang
7
orang
4
orang
|
|
Jumlah
|
36
|
Sumber Data : Data Sekunder Puskemas Danga
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Umum Tentang Motivasi
1.
Defenisi Motivasi
Menurut Ngalim Purwanto (2006:40) Motivasi adalah segala
sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah
memberikan rangsangan atau pendorong atau suatu kegairahan kepada seseorang
atau kelompok agar mau bekerja dengan semestinya dan penuh semangat. Dengan
kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai tujuan secara berdaya guna dan hasil
guna sedangkan Terry GR, memberikan definisi motivasi adalah keinginan yang
terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan
tindakan-tindakan
Robbins dan Judge (2007)
mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan
ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan.
Samsudin (2005) memberikan
pengertian motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar
terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu
yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan (driving
force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan kehidupan.
Menurut Santoso (2006:52) motivasi menunjuk pada proses
gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dari dalam individu,
tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan akhir daripada
gerakan atau perbuatan.
Kartono K (2003) mengemukakan bahwa motif atau motivasi adalah :
a. Gambaran penyebab menimbulkan tingkah laku menuju sasaran
tertentu
b. Alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi
seseorang untuk berbuat
c. Ide pokok yang sementara berpengaruh besar
terhadap tingkah laku manusia, biasanya merupakan satu peristiwa masa lampau,
ingatan, gambaran fantasi dan persaan – perasaan.
2.
Pendekatan Pada Motivasi
Menurut Strauss dan Sayles dalam Azwar (1996), pendekatan pada motivasi dibedakan
atas 5 (lima) macam yakni :
a. Pendekatan yang Keras (Be Strong)
Yang dimaksud dengan pendekatan
ini adalah pendekatan dimana kekuasaan dan wewenang yang dimiliki dipergunakan
dalam melakukan motivasi.
b. Pendekatan Untuk Memperbaiki (Be Good)
Yang dimaksud dengan pendekatan ini adalah
pendekatan yang dilakukan oleh administrator untuk memperbaiki tenaga kerja
melalui pemenuhan kebutuhan yang miliki.
c. Pendekatan Dengan Tawar Menawar (Implicit Bergaining)
Yang dimaksud dengan pendekatan ini adalah
pendekatan yang dilakukan oleh administrator melalui tawar menawar dengan
tenaga kerja tentang kebutuhan yang akan dipenuhi.
d. Pendekatan Melalui Persaingan Efektif (Effective Competition)
Yang dimaksud dengan pendekatan ini
adalah pendekatan yang dilakukan oleh administrator dengan memberikan
kesempatan timbulnya persaingan yang sehat antar karyawan untuk mencapai
kemajuan.
e. Pendekatan Dengan Proses
Internalisasi (Intenalization Proces)
Yang dimaksud dengan pendekatan
ini adalah pendekatan yang dilakukan oleh administrator melalui jalan
menimbulkan kesadaran diri masing-masing tenaga kerja.
3.
Tehnik Untuk Meningkatkan
Motivasi Kerja
Menurut Thomson
dan Strickland Yang dikutip oleh Suadi (2007:62), Pendekatan yang berhasil
untuk meningkatkan motivasi kerja adalah pendekatan yang sangat berorientasi
pada manusia yang dilakukan pada setiap kesempatan melalui berbagai cara dan
dipratekkan oleh semua orang disetiap tingkat organisasi. Pendekatan tersebut
terdiri dari:
a. Menjunjung harga diri tenaga kesehatan.
b. Mengadakan pelatihan yang lengkap bagi tenaga
kesehatan
c. Mendorong untuk berinisiatif dan kreatif dalam
melaksanakan tugas.
d. Menetapkan target yang layak dan jelas
Menurut
(Sunariyo, 2005:71) ada beberapa cara yang digunakan untuk memotivasi kerja
seorang tenaga kesehatan antara lain:
a. Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force), cara memotivasi menggunakan ancaman hukuman
atau kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan.
b. Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticemen), yaitu cara memotivasi dengan bujukan
atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu sesuai dengan harapan yang
memberikan motivasi.
c. Memotivasi dengan identifikasi (motivasi by identification), yaitu cara
memotivasi dengan menanamkan kesadaran sehingga individu berbuat sesuatu karena
adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya sendiri dalam mencapai tujuan.
4.
Jenis – Jenis Motivasi
Motivasi merupakan fenomena hidup yang banyak corak dan
ragamnya. Secara umum motivasi dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis yang
satu sama lain memberi warna terhadap
aktivitas manusia.Danim (2001:17), menyatakan bahwa motivasi yang diberikan digolongkan menjadiempat bagian:
a. Motivasi Positif
Motivasi
positif adalah proses pemberian motivasi atau usaha membangkitkan motif, dimana hal itu diarahkan pada usaha mempengaruhi
orang lain agar dia bekerja secara baik dan antusias dengan cara
memberikan keuntungan tertentu
kepadanya.
b. Motivasi Negatif
Motivasi
negatif sering dikatakan sebagai motivasi yang
bersumber dari rasa takut.
Motivasi negatif yang berlebihan akan membuat organisasi tidak mampu mencapai tujuan.
c. Motivasi dari Dalam
Motivasi
dari dalam timbul pada diri pekerja
waktu dia menjalankan tugas -tugas atau
pekerjaan dan bersumber dari dalam diri pekerja itu sendiri.
d. Motivasi dari luar
Motivasi
dari luar adalah motivasi yang muncul sebagai
akibat adanya pengaruh yang ada
di luar pekerjaan dan dari luar diri pekerja itu sendiri.
5.
Alat Motivasi
Memotivasi tenaga
kesehatan seorang manajer harus dapat menggerakkan bawahannya dengan
menggunakan teknik atau alat yang dapat berupa sebagai berikut:
1. Insentif material, yaitu insentif yang berupa
uang, barang, dan sebagainya.
2. Insentif Non Materyal, yaitu berupa promosi
jabatan, piagam penghargaan, penghormatan dan sebagainya.
6.
Prinsip-prinsip Motivasi Kerja
Menurut Mangkunegara (2000),
terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja pegawai yaitu:
a. Prinsip partisipasi.
Dalam
upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi
dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.
b. Prinsip Komunikasi.
Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang
berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai
akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
c. Prinsip mengakui andil bawahan.
Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai)
mempunyai andil di dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan
tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
d. Prinsip pendelegasian wewenang.
Pemimpin yang
memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu
dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat
pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang
diharapkan oleh pemimpin.
e. Prinsip memberi perhatian.
Pemimpin
memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan bawahannya, dengan demikian
bawahannya akan bekerja sesuai dengan apa yang diharapkan.
7.
Hasil Dari Motivasi
Pekerjaan motivasi pada dasarnya adalah melakukan penyesuaian
kebutuhan–kebutuhan organisasi dengan kebutuhan karyawan, penyesuaian kegiatan
yang dimiliki oleh organisasi dengan kegitatan karyawan serta penyesuaian
tujuan yang dimiliki oleh organisasi dengan tujuan karyawan.
Kebutuhan karyawan pada dasarnya adalah identik dengan meredakan ketegangan
(tension), maka haruslah diupayakan kegiatan yang diharapkan untuk dilakukan
oleh karyawan adalah kegiatan yang tidak meningkatkan ketegangan. Hanya apabila
kedua hal ini dapat dilakukan dengan baik, akan dapat dijamin keberhasilan
pekerjaan administrasi. Sebaliknya jika ketegangan tersebut tidak berhasil
dikurangi, dalam diri karyawan akan timbul dua keadaan yang tidak
menguntungkan, yakni : Frustasi (Frustation),
yang pada gilirannya dapat menghambat tercapainya tujuan dan pertentangan (Conflict) yang dapat menimbulkan keadaan
yang lebih parah yakni gagalnya segala upaya yang dilakukan (Azwar, 1996)
B.
Tinjauan Umum Tentang Kinerja
a.
Defenisi Kinerja
Kinerja adalah penampilan hasil karya
personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat
merupakan penampilan personel maupun individu. Penampilan hasil karya tidak
terbatas kepada personil yang memangku
jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga keseluruhan jajaran personil
diorganisasi (Ilyas, 2001 dalam Lamban, 2006)
Dessler (2009)
berpendapat : Kinerja (prestasi kerja) karyawan adalah prestasi aktual karyawan
dibandingkan dengan prestasi yang diharapkan dari karyawan. Prestasi kerja yang
diharapkan adalah prestasi standar yang disusun sebagai acuan sehingga dapat
melihat kinerja karyawan sesuai dengan posisinya dibandingkan dengan standar
yang dibuat. Selain itu dapat juga dilihat kinerja dari karyawan tersebut
terhadap karyawan lainnya.
Kinerja
adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian
organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya (Srimindarti, 2006)
Menurut
Mangkunegara (2001), kinerja adalah: hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
b.
Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Kinerja
Beberapa
teori menerangkan tentang faktor-faktor yang memengaruhi kinerja seorang baik
sebagai individu atau sebagai individu yang ada dan bekerja dalam suatu
lingkungan. Sebagai individu setiap orang mempunyai ciri dan karakteristik yang
bersifat fisik maupun non fisik. Dan manusia yang berada dalam lingkungan maka
keberadaan serta perilakunya tidak dapat dilepaskan dari lingkungan
tempat tinggal maupun tempat kerjanya.
Variabel
individu dikelompokkan pada sub-variabel kemampuan dan keterampilan, latar
belakang dan demografis. Sub-variabel kemampuan dan keterampilan merupakan
faktor utama yang memengaruhi perilaku dan kinerja individu. Variabel demografis
mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu.
Variabel
psikologik terdiri dari sub-variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan
motivasi. Variabel ini menurut Gibson (1987), banyak dipengaruhi oleh keluarga,
tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis. Variabel
psikologis seperti persepsi, sikap, kepribadian dan belajar merupakan hal yang
komplek dan sulit untuk diukur, juga menyatakan sukar mencapai kesepakatan
tentang pengertian dari variabel tersebut, karena seorang individu masuk dan
bergabung dalam organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang budaya dan
keterampilan berbeda satu dengan yang lainnya.
Variabel
organisasi, menurut Gibson (1987) berefek tidak langsung terhadap perilaku dan
kinerja individu. Variabel organisasi digolongkan dalam sub-variabel sumber
daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.
Menurut
Stoner yang dikutip oleh Adiono (2002), mengemukakan bahwa prestasi individu
disamping dipengaruhi oleh motivasi dan pengetahuan juga dipengaruhi oleh
faktor persepsi peran yaitu pemahaman individu tentang perilaku apa yang
diperlukan untuk mencapai prestasi individu. Kemampuan (ability) menunjukkan
kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan dan tugas.
c.
Penilaian Kinerja
Penilaian kerja adalah sebuah gambaran atau deskripsi yang sistematis
tentang kekuatan dan kelemahan yang terkait dari seseorang atau suatu kelompok.
Penilaian kinerja mencakup antara faktor-faktor antara lain :
a. Pengamatan yaitu merupakan proses
menilai yang memiliki perilaku yang ditentukan sistem pekerjaan.
b. Ukuran yang dipakai untuk
mengukur prestasi kerja seseorang personil dibandingkan dengan uraian pekerjaan
yang telah ditetapkan untuk personil tersebut.
c. Pengembangan yang bertujuan
memotivasi personil mengatasi kekurangannya dan mendorong yang bersangkutan
untuk mengembangkan kemampuan dan potensi
yang ada pada dirinya.
C.
Tinjauan Umum Tentang Tenaga
Kesehatan
1. Defenisi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan dirinya dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan (Kep. MenKes, 2004).
Tenaga kesehatan
menurut PP No.32/1996 adalah setiap orang yang mengabdikan dirinya dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan
berperan sebagai perencana, penggerak dan sekaligus pelaksana pembangunan
kesehatan sehingga tanpa tersedianya tenaga dalam jumlah dan jenis yang sesuai,
maka pembangunan kesehatan tidak akan dapat berjalan secara optimal. Kebijakan
tentang pendayagunaan tenaga kesehatan sangat dipengaruhi oleh kebijakan
kebijakan sektor lain, seperti: kebijakan sektor pendidikan, kebijakan sektor
ketenagakerjaan, sektor keuangan dan peraturan kepegawaian.
Dijelaskan bahwa
ada beberapa jenis tenaga kesehatan yaitu tenaga medis, tenaga keperawatan,
tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga
keterampilan medis dan tenaga keteknisan medis.
Tenaga-tenaga kesehatan tersebut terdiri dari:
1. Tenaga medis yang meliputi
dokter dan dokter gigi
2. Tenaga keperawatan yang
meliputi perawat dan bidan
3. Tenaga kefarmasian yang
meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker
4. Tenaga kesehatan masyarakat
yang meliputi epidemiologi kesehatan, etnomolog kesehatan, mikrobiologi
kesehatan, penyuluhan kesehatan, administarator kesehatan dan sanitarian
5. Tenaga gizi yang meliputi
nutrisionis dan dietisien
6. Tenaga keteknisan medis
meliputi radiogarafer, radioterapis, teknisi gizi, teknisi elekromedis, analis
kesehatan/laboratoriun, refraksionis, optision, otorik prostetik, teknisi tranfusi
dan perekam medis.
Syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh seorang tenaga kesehatan adalah :
1. Tenaga kesehatan wajib untuk
memiliki pengetahuan dan keterampilan dibidang kesehatan yang dinyatakan dengan
ijazah dari lembaga pendidikan.
2. Tenaga kesehatan hanya dapat
melakukan upaya kesehatn setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki
izin dari menteri kesehatan.
Kebijakan sektor
kesehatan yang berpengaruh terhadap pendayagunaan tenaga kesehatan antara lain:
kebijakan tentang arah dan strategi pembangunan kesehatan, kebijakan tentang
pelayanan kesehatan, kebijakan tentang pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan, dan kebijakan tentang pembiayaan kesehatan. Selain dari pada itu,
beberapa faktor makro yang berpengaruh terhadap pendayagunaan tenaga kesehatan,
yaitu: desentralisasi, globalisasi, menguatnya komersialisasi pelayanan
kesehatan, teknologi kesehatan dan informasi.
2. Fungsi Tenaga Kesehatan
Dalam rangka pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan, kerjasama
lintas program dan kerjasama dengan kelompok profesi pada umumnya masih
terbatas. Pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dalam pengembangan tenaga
kesehatan masih kurang terarah. Secara umum dapat dikemukakan bahwa
pengembangan tenaga kesehatan yaitu :
a. Meningkatkan pemerataan tenaga
kesehatan yang bermutu secara berhasil guna dan berdaya guna dengan pemekaran
dan penciutan jumlah dan jenis pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan
kesehatan sesuai keperluan.
b. Meningkatkan kemampuan akademik
dan profesional serta jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan kesehatan
sehingga tenaga pendidikan dan pelatihan tersebut meningkatkan mutu pendidikan
tenaga kesehatan dan pelatihan kesehatan.
c. Memantapkan sistem pendidikan
tenaga kesehatan dan pelatihan kesehatan khususnya yang berkaitan dengan
pemgutamaan substansi mengenai upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif yaitu secara khusus mendukung tercapainya
pendekatan paradigma sehat.
D.
Tinjauan Umum Tentang
Puskesmas
- Pengertian
Puskesmas
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah
salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di
Indonesia. Adapun yang dimaksudkan dengan puskesmas ialah salah satu unit
pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan
peran serta masyarakat dalam bidan kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatan menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu
wilayah tertentu.
Definisi Puskesmas
yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI (1995) hampir sejalan dengan
definisi dari R. Widodo Talago (2006;93), dimana puskesmas adalah unit
pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan pokok secara menyeluruh
dan terintegrasi pada masyarakat, sebagai usaha meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi
fungsional yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha
kesehatan pokok.
Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan
di Indonesia, maka peranan dari kedudukan puskesmas adalah sebagai ujung tombak
sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Ini disebabkan karena
peranan dan kedudukan puskesmas di Indonesia
sangat
unik unik. Sebagai sarana pelayanan kesehatan terdepan di Indonesia,
puskesmas juga bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayan kesehatan
masyarakat selain bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran
atau medis.
- Azas
Puskesmas
Puskesmas
selalu memegang empat asas pengelolaan yang sangat penting dalam pelayanan
kesehatan yakni:
a. Asas
Pertanggung Jawaban Wilayah Kerja
Arti dari asas pertanggung jawaban wilayah
kerja ialah puskesmas harus bertanggung jawab atas semua masalah yang terjadi
diwilayah kerjanya.Wilayah kerja meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan.Faktor kepadatan, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan
infrastruktur lainya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah
kerja puskesmas.
Secara administrasi Puskesmas
merupakan perangkat pemerintah daerah tingkat II, sehingga pembagian wilayah
kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati, tetapi puskesmas
bertanggung jawab secara langsung baik teknis maupun administrasi kepada kepala
kantor Departemen Kesehatan Kota/kabupaten dengan persetujuan kepala kantor wilayah
Departemen Kesehatan Propinsi. Kedudukan dalam hirarki pelayanan kesehatan,
sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional (SKN).Puskesmas
berkedudukan sebagai fasilitas kesehatan.
b. Asas
Peran Serta Masyarakat
Dalam asas ini masyarakat dilibatkan dalam
melaksanakan program kerja puskesmas. Salah satu bukti keterlibatan peran serta
masyarakat ialah adanya posyandu dan dasa wisma.
c. Asas
Keterpaduan
Asas ini menjadikan puskesmas dapat menyatukan
program kerja dari sektor yang satu ke sektor yang lain. Artinya selain
puskesmas menjalankan program kesehatan, Puskesmas
dapat juga menjalankan program lain selain kesehatan.
d. Asas
Rujukan
Asas rujukan adalah asas yang diberlakukan
apabila Puskesmas
tidak dapat menangani suatu masalah kesehatan. Asas ini ditetapkan untuk
bekerja sama dengan rumah sakit.
- Sistem
Pelayanan Puskesmas
Sistem pelayanan Puskesmas
meliputi:
a. Puskesmas membantu wilayah kerjanya
b. Puskesmas keliling atau pelayanan kesehatan keliling
c. Jaringan pelayanan rujukan kesehatan
d. Pengembangan dan pembinaan kesehatan masyarakat desa (Noer Bachry
Noor, 2001:86)
- Fungsi
Puskesmas
Untuk mewujudkan peranan Puskesmas maka fungsi Puskesmas dijabarkan sebagai
berikut:
a.
Sebagai pusat pengembangan masyarakat
kesehatan diwilayah kerjanya
b.
Membina peran serta masyarakat di wilayah
kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan hidup sehat
c.
Memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
- Tujuan
Puskesmas
Tujuan Puskesmas adalah mengembangkan dan mendekatkan secara merata pelayanan
kesehatan yang bersifat menyeluruh kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
- Program
Pokok Puskesmas
Dalam upaya menunjang pengembangan program
pokok Puskesmas yang mempunyai 6 subsistem manajemen yaitu (Muninjanya,
2006:57) :
a.
Subsistem pelayanan kesehatan (Promosi,
pencegahan, pengobatan, rehabilitasi medis dan sosial)
b.
Subsistem personalia (Pengembangan staf)
c.
Subsistem keuangan
d.
Subsistem logistic
e.
Subsistem pencatatan dan pelaporan
f.
Subsistem peran serta masyarakat.
- Kegiatan
Pelayanan Puskesmas
Pada saat ini kegiatan Puskesmas yang dulunya 23 kegiatan, kini menjadi 18 kegiatan yakni:
a.
Usaha pelayanan rawat inap
b.
Usaha kesejahteraan ibu dan anak
c.
Usaha keluarga berencana
d.
Usaha kesehatan gigi
e.
Usaha kesehatan gizi
f.
Usaha kesehatan sekolah
g.
Usaha kesehatan lingkungan
h.
Usaha kesehatan jiwa
i.
Usaha pendidikan kesehatan
j.
Usaha perawatan kesehatan masyarakat
k.
Usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular
l.
Usaha kesehatan olah raga
m.
Usaha kesehatan lanjut usia
n.
Usaha kesehatan mata
o.
Usaha kesehatan kerja
p.
Usaha pencatatan dan pelaporan
q.
Usaha laboratorium kesehatan masyarakat
r.
Pembinaan pengobatan tradisional
- Susunan
Organisasi Puskesmas
Susunan organisasi Puskesmas terdiri dari:
a.
Unsur pimpinan : Kepala Puskesmas.
Bertugas memimpin,
mengawasi dan menkordinasikan kegiatan Puskesmas
yang dapat dilakukan dalam jabatan struktural dan jabatan fungsional.
b.
Unsur pembantu pimpinan : Urusan tata usaha
Bertugas dalam mengattur kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat
menyurat serta pencatatan dan pelaporan.
c.
Unsur pelakasana : Tenaga / pegawai dalam
jabatan fungsional.
Pegawai / tenaga dalam Puskesmas
akan bertambah sesuai dengan kegiatan di daerah-daerah masing-masing.
d.
Unit Kerja terdiri dari:
a.
KIA dan Gizi
Mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan ibu dan anak,keluarga berencana dan perbaikan gizi.
b.
Pencegahan dan pemberantasan penyakit
Mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit khusus imunisasi, kesehatan
lingkungan dan laboratorium sederhana.
c.
Gigi dan mulut, kesehatan tenaga kerja dan
manula
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut,
kesehatan tenaga kerja dan manula.
d.
Perawatan kesehatan masyarakat
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat,
kesehatan olah raga, kesehatan sekolah, kesehatan jiwa, kesehatan mata dan
kesehatan khusus lainnya.
e.
Penyuluhan kesehatan masyarakat
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya
kesehatan masyarakat dan penyuluhan kesehatan masyarakat.
f.
Pengobatan rawat inap dan rawat inap
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengobatan rawat inap dan rawat
inap.
g.
Farmasi
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kefarmasian. Unit-unit dalam
puskesmas akan bertambah sesuai dengan kegiatan didaerah-daerah masing-masing.
E. Tinjauan Umum Tentang Insentif
Menurut P. Siagian dalam bukunya yang berjudul “ Bunga Rampai Manajemen Modern”
mengemukakan bahwa insentif merupakan daya tarik orang yang datang dalam suatu
organisasi artinya system pengkajian dan pelaksanaannya perlu dikembangkan
sedemikan rupa agar merupakan system perangsang yang adil dan berbuat lebih
baik/lebih banyak bukan sekedar upah atas pekerjaan yang dilakukan (Marni,
2008)
Setiap manusia mempunyai dasar alasan mengapa seseorang
bersedia melakukan pekerjaan tertentu, mengapa orang satu bekerja lebih giat
dan serius sedang orang yang lainnya bekerja biasa saja. Tentulah semua ini ada
dasar alasannya yang mendorong seseorang bersedia seperti itu, atau dengan kata
lain pasti ada motivasinya.
Kondisi mental yang mendorong aktivitas dan memberi
energi yang mengarah pada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan atau
mengurangi ketidakseimbangan, bahwasanya dalam diri pribadi seseorang adanya
motivasi pribadi untuk bertindak adalah hasil interaksi dari beberapa hal yaitu
; kekuatan diri sendiri atau kebutuhannya, keinginan untuk berhasil dan nilai
insentif yang melekat pada tujuan. (Moh. As’as, 2000).
Insentif dapat diartikan sebagai suatu daya dorong yang
menyebabkan orang berbuat sesuatu atau hal yang diperbuat karena takut akan
sesuatu. Misal seseorang ingin naik pangkat atau naik gaji, maka perbuatannya
akan menunjang pencapaian keinginan tersebut. Insentif yang dimaksud adalah
kekuatan yang ditimbulkan oleh faktor eksternal yang muncul dari pihak
pengelola sehingga dapat mengkibatkan meningkatnya persentasi kerja tenaga
perawat (Marni, 2008)
Menurut Entjang (2000), Insentif adalah tambahan
penghasilan (uang, barang dan sebagainya) yag diberikan untuk memperbesar
gairah atau sebagai uang perangsang. Sedangkan menurut Carey L (2008), Insentif
adalah penghargaan atau ganjaran yang diberikan untuk memotivasi para pegawai
agar produktivitasnya tinggi dan sifatnya tidak tetap atau sewaktu – waktu
Pemberian insentif, motivasi serta produktivitas kerja
sangat erat kaitannya dimana diantaranya ada hubungannya yang positif, dimana
tanpa adanya insentif maka sulit untuk memotivasi pegawai dan tanpa motivasi
yang tinggi dari pegawai untuk bekerja maka mungkin tidak terwujud suatu
produktivitas kerja yang tinggi dari seorang pegawai. Berbagai upaya dilakukan
seorang pemimpin dalam upaya memotivasi pegawainya, baik melalui pemberian
insentif dan cara lainnya. Dengan melihat kenyataan jika seorang pegawai diberi
daya perangsang (insentif) akan lebih termotivasi bekerja lebih giat, maka
perusahaan atau organisasi tersebut telah maju satu langkah dalam meningkatkan
produktivitas kerja pegawainya
Sementara
insentif yang sering dilakukan oleh pihak puskesmas adalah insentif berdasarkan
jumlah pasien yang jelas menimbulkan kinerja tenaga kesehatan dalam
melaksanakan tugas tugasnya. Ini menunjukkan bahwa insentif atau imbalan akan
mempengaruhi peningkatan motivasi kerja yang pada akhirnya secara langsung akan
meningkatkan produktivitas kerjanya.
F.
Tinjauan Umum Tentang Kondisi
Kerja
Kondisi kerja adalah semua aspek fisik kerja, psikologi kerja yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja. Kondisi kerja berhubungan erat dengan kepuasan
kerja yang mana kepuasan kerja itu sebagai hasil interaksi manusia dengan lingkungan
kerjanya. Disamping itu, perasaan orang terhadap pekerjaan tentulah merupakan
refleksi dari sikapnya terhadap pekerjaan (Depkes RI, 2000).
Howell dan Dipboye (1986) dalam Muhaimin (2008), memandang kepuasan kerja
sebagai hasil dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap
berbagai aspek dari pekerjaan. Selanjutnya dibahas tiga model yang mencerminkan
hubungan – hubungan yang berbeda antara sikap dan motivasi untuk performance
secara efektif, yakni :
1. Model A, kondisi kerja
mempengaruhi sikap tenaga kerja terhadap pekerjaan dan organisasi, dan sikap
ini secara langsung mempengaruhi besarnya upaya untuk melakukan pekerjaan
2. Model B, sikap kerja merupakan
akibat dari, dan bukan yang menentukan motivasi kerja dan untuk kerja
3. Model C, bahwa tidak ada
hubungan kausal langsung antara sikap kerja dan untuk kerja. Sikap tidak
menyebabkan timbulnya untuk kerja tertentu
Dampak dari
kepuasan dan ketidakpuasan kerja menurut Wahjosumidgo (1987) yaitu :
1. Dampak terhadap produktivitas
Produktivitas dipengaruhi oleh banyak faktor – faktor moderator di samping
kepuasan kerja. Lawler dan Porter mengharapkan produktivitas yang tinggi
menyebbakan peningkatan dari kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja
mempersiapkan bahwa ganjaran intrinsik dan ganjaran ekstrinsik yang diterima
kedua – duanya adil dan wajar dan diasosiasikan dengan unjuk kerja yang unggul.
2. Dampak terhadap ketidakhadiran
dan keluar tenaga kerja.
Porter dan Steers menyimpulkan bahwa ketidak hadiran dan berhenti bekerja
merupakan jenis jawaban – jawaban yang secara kualitatif berbeda. Dari
penelitian ditemukan tidak adanya hubungan antara ketidak hadiran dengan
berhenti bekerja. Steers dan Rhodes mengembangkan model dari pengaruh terhadap
ketidak hadiran, mereka melihat adanya dua faktor pada perilaku hadir yaitu
motivasi untuk hadir dan kemampuan untuk hadir.
Sedangkan model meninggalkan pekerjaan dari Mobley, Horner dan
Hollingworth, mereka menemukan bukti yang menunjukkan bahwa tingkat dari
kepuasan kerja berkolerasi dengan pemikiran – pemikiran untuk meninggalkan
pekerjaan, dan niat untuk meninggalkan kerja berkolerasi dengan meninggalkan
pekerjaan secara aktual. Ketidak puasan diungkapkan kedalam berbagai macam cara
selain meninggalkan pekerjaan, karyawan dapat mengeluh, membangkang, menghindar
dari tanggung jawab dan lain – lain.
3. Dampak terhadap kesehatan
Salah satu temuan yang penting dari kajian yang dilakukan oleh Kornhauser
tentang kesehatan mental dan kepuasan kerja. Meskipun jelas bahwa kepuasan
berhubungan dengan kesehatan, hubungan
kausal masih tidak jelas. Diduga bahwa kepuasan kerja menunjang tingkat dari
fungsi fisik dan mental dan kepuasan sendiri merupakan tanda dari kesehatan.
Tingkat dari kepuasan kerja dan kesehatan saling berkesinambungan peningkatan
dari yang satu dapat mempengaruhi yang lain, begitupun sebaliknya jika terjadi
penurunan.
G.
Tinjauan Umum Tentang Hubungan
Dengan Rekan Kerja
Menurut Depkes RI (2000),
hubungan dengan rekan kerja adalah keadaan dimana rekan sekerja menunjukkan
sikap bersahabat dan mendorong sereta dapat memberikan motivasi untuk
melaksanakan tugas – tugas dalam suatu organisasi.
Filosofi
manajemen modern adalah ”people centred”.
Sumber daya manusia merupakan aspek
penting organisasi dan motor penggerak proses manajemen. Di tangan manusialah
semua sumber daya lainnya (input) diolah dan digunakan untuk menunjang
tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Biaya yang sudah tersedia
akan kurang bermanfaat jika unsure manusia kurang disadari perananya dalam
organisasi.
Manusia sebagai mahluk sosial memiliki
sifat-sifat yang universal. Manusia sebagai individu anggota kelompok sam-sama
mempunyai cita-cita, pikiran, emosi dan motivasi yang melatar belakangi tingkah
lakunya. Pemahaman tentang tingkah laku manusia adalah dasar untuk
mengembangkan hubungan antar manusia ke
arah yang positif dan dinamis.
Untuk menerapkan hubungan antar manusia, baik
antar individu maupun antar kelompok dalam suatu organisasi diperlukan
pengertian tentang prinsip dasar hubungan antar manusia. Pemahaman ini dapat
membantu individu atau kelompok mengurangi hambatan dalam proses penyesuaian
diri terhadap lingkungannya.
Ada 10 prinsip dasar hubungan antar manusia atau
“the ten principal of human relation”
yang dapat digunakan untuk mengembangkan hubungan antar manusia. Kesepuluh
prinsip dasar pokok itu adalah sebagai berikut :
a. Harus ada sinkrosasi antara tujuan bersama dengan tujuan
masing-masing individu dalam organisasi
b. Terciptanya suasana pergaulan yang menyenangkan
c. Berkembangnya hubungan antara individu yang wajar didalam proses interaksi atau pergaulan sehari-hari
d. Sadar akan hakikat antara individu
e. Memberikan dorongan untuk
kemajuan masing-masing individu dalam suatu interaksi.
f. Tercipta suasana yang menarik
dalam proses interaksi
g. Harus dapat menghargai
individu lain jika berinteraksi dalam suatu kegiatan.
h. Harus dapat melengkapi
kebutuhan, mengembangkan proses interaksi antar
individu.
i.
Saling menghormati profesi yang dimiliki masing-masing individu
j.
Berilah pujian yang wajar terhadap
kegiatan yang telah dilakukan orang lain.
Seorang manajer organisasi kesehatan sebaiknya
menggunakan kesepuluh prinsip dasar hubungan antar manusia sebagai pegangan
untuk mengembangkan interaksi yang dinamis antar staf (pelanggan internal) atau
dengan kelompok masyarakat yang diberikan pelayanan (pelanggan eksternal).
Melalui pengembanganm proses hubungan antar manusia akan dapat diketahui bahwa
berkembangannya hubungan antar manusia yang positif dan dinamis akan dapat
menumbuhkan motivasi kerja staf dalam melakukan tugas-tugasnya.
Dalam menjalankan tugas,
petugas diharapkan mempunyai teman dalam ruang kerja. Hubungan dengan rekan
sekerja merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam realita pekerjaan.
Tanpa adanya hubungan itu akan menjadikan pemicu yang dahsyat bagi
penurunan motivasi kerja yang dapat disajikan sebagai alasan yang sangat tepat
dan akurat untuk meningkatkan produktivitas petugas. Begitupun sebaliknya tidak
adanya hubungan teman sekerja yang baik akan menimbulkan berbagai permasalahan
lain, selain itu juga terjadi permasalahan penurunan motivasi kerja.
H. Tinjauan
Umum Tentang Masa Kerja
Menurut pegukuran PNS seseorang pegawai dianggap telah lama bekerja bila ia
bekerja di instansi yang bersangkutan selama 2 tahun, masa kerja ini perlu
diketahui karena dapat merupakan salah satu indikator tentang kecenderungan
para pegawai dalam berbagai segi kehidupan organisasional (Eklesiana, 2001
dalam Dwiprahasto, 2006).
Masa kerja adalah lamanya seseorang bekerja di suatu instansi atau
organisasi yang dihitung sejak pertama kali bekerja. Semakin lama seseorang
bekerja semakin dianggap berpengalaman. Setiap organisasi menginginkan para
pekerjanya terus bekerja pada organisasi tersebut selama masa aktifnya. Dengan
pertimbangan jika banyak tenaga aktif yang meninggalkan organisasi dan bekerja
ke organisasi lain, hal ini dapat mencerminkan bahwa ada sesuatu yang tidak
beres dalam organisasi tersebut. Hal ini yang dipertimbangkan adalah semakin
banyaknya pekerja lama yang pindah maka organisasi yang ditinggalkan dapat
menderita kerugian.
Menurut Sondang. P (2004) masa kerja seseorang perlu diketahui karena masa
kerja merupakan salah satu indikator tentang kecenderungan para pekerja.
Misalkan dikaitkan dengan produktifitas kerja. Semakin lama seseorang berkarya,
semakin tinggi pula produktifitasnya karena ia semakin berpengalaman dalam
menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepadanya (Suharto, 2006).
BAB IV
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Variabel Yang Diteliti
Motivasi serta
produktivitas kerja sangat erat kaitannya dimana diantaranya ada hubungan yang
positif, tanpa adanya insentif maka sulit untuk memotivasi pegawai dan tanpa
motivasi yang tinggi dari pegawai untuk bekerja maka mungkin tidak terwujud
suatu produktivitas kerja yang tinggi dari seorang pegawai. Berbagai upaya
dilakukan seorang pemimpin dalam upaya memotivasi pegawainya, baik melalui
pemberian insentif dan cara lainnya. Dengan melihat kenyataan jika seorang
pegawai diberi daya perangsang (insentif) akan lebih termotivasi bekerja, maka
perusahaan atau organisasi tersebut telah maju satu langkah dalam meningkatkan
produktivitas kerja pegawainya.
Sebagaimana
yang tercantum dalam tinjauan kepustakaan serta tujuan penelitian, maka dapat
ditentukan variabel yang diteliti yaitu mengenai motivasi kerja tenaga
kesehatan yang meliputi :
1.
Insentif
Adalah penghasilan tambahan berupa uang, barang dan
sebagainya yang diberikan untuk meningkatkan motivasi kerja.
2.
Kondisi Kerja
Adalah kondisi psikologis yang dialami oleh petugas dalam
melaksanakan tugas ditempat kerjanya termasuk mengenai perasaan, rasa bosan atau jenuh dalam bekerja karena adanya faktor – faktor
lingkungan yang meliputi ; ruangan, rasa nyaman, peralatan dalam melaksanakan
tugas.
3.
Hubungan Dengan Rekan Kerja
Adalah
keadaan dimana rekan sekerja menunjukkan sikap bersahabat dan mendorong serta
dapat memberikan motivasi untuk melaksanakan tugas – tugas dalam suatu
organisasi.
4. Masa Kerja
Masa kerja adalah lamanya seseorang bekerja pada suatu instansi atau
organisasi yang dihitung sejak pertama kali bekerja. Semakin lama seseorang bekerja
diharapkan semakin baik kinerjanya sebab pengalaman yang diperoleh dapat
digunakan dalam pemecahan masalah
5.
Motivasi Kerja
Motivasi
dalam penelitian ini adalah ekstrinsik yang meliputi pemberian insentif,
kondisi kerja, hubungan dengan rekan sekerja. Faktor ini merupakan
persyaratan bagi motivasi yang efektif dan dapat membangun landasan bagi semangat kerja yang pada akhirnya akan mencegah kemerosotan semangat kerja.
B. Kerangka Konsep
Penelitian

Keterangan :


C. Defenisi
Operasional Dan Kriteria Objektif
- Motivasi
petugas
Adalah faktor yang mendorong seorang petugas kesehatan dalam melaksanakan atau
melakukan aktivitas kerja, diukur dengan melihat motivasi berupa pemberian
insentif, kondisi kerja dan hubungan dengan rekan sekerja
Kriteria Objektif :
Baik : Jika total
skor jawaban responden ≥ 75% %
Kurang : Jika total
skor jawaban responden < 75% %
- Insentif
Adalah imbalan yang diberikan berupa tambahan gaji yang diterima oleh
tenaga kesehatan baik berupa uang maupun barang untuk meningkatkan gairah kerja
atau semangat kerja.
Kriteria Objektif :
Baik : Jika total
skor jawaban responden ≥ 75% %
Kurang : Jika total
skor jawaban responden < 75% %
- Kondisi
Kerja
Kondisi kerja yang dimaksud disini adalah pandangan responden mengenai
perasaan bosan/jenuh dalam bekerja karena faktor-faktor tertentu seperti
keadaan lingkungan, ruangan, rasa nyaman dan peralatan dalam bekerja selama
melaksanakan tugas.
Kriteria Objektif :
Baik : Jika
total skor jawaban responden ≥ 75% %
Kurang : Jika total
skor jawaban responden < 75 %
- Hubungan
dengan rekan sekerja
Adalah hubungan kerja sama dilingkungan tempat kerja dalam bentuk
komunikasi, interaksi, dukungan serta saling menghargai yang dapat memberikan
dorongan dalam melaksanakan tugas – tugasnya.
Kriteria Objektif :
Baik : Jika total skor jawaban responden ≥ 75 % %
Kurang : Jika total skor jawaban responden < 75 % %
- Masa Kerja
Adalah lamanya responden bekerja di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo terhitung
sejak pertama kalinya bertugas.
Kriteria Objektif :
Lama : Bila responden melaksanakan tugas
kesehatan selama ≥ 2 tahun.
Baru : Bila responden melaksanakan tugas
kesehatan selama < 2 tahun
Menurut Skala Guttman, dari jawaban
responden diberi skor
tertinggi 2 dan yang terendah 1 dengan
jumlah pertanyaan
sebanyak 7
nomor.
- Skor
jawaban tertinggi : Jumlah pertanyaan x skor tertinggi
=5 x 2 =
10 (100%)
- Skor
jawaban terendah : Jumlah pertanyaan x skor terendah
= 5 x 1 = 5 (50%)
Jadi
kisaran(skor antara) = Skor
tertinggi – Skor terendah
=
100% – 50%
=
50%
Untuk mendapatkan kriteria :
Kisaran / Kategori
= 50%/ 2
=
25%
Sehingga
skor standar = 100% - 25%
= 75% (Sugiyono, 2004)
BAB V
METODE PENELITIAN
A. Jenis
Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian surfey
analitik dengan rancangan cross sectional
study untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja
tenaga kesehatan di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo tahun 2013.
B. Lokasi
Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo pada bulan
Agustus – November
2013.
C. Populasi
Dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini
adalah semua tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo
sebanyak 36 orang.
2. Sampel
Sampel dalam
penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Danga
Kabupaten Nagekeo sebanyak 36 orang yang berstatus PNS, PTT dan Tenaga Kontrak dengan pengambilan sampel secara exhaustive sampling yaitu keseluruhan populasi dijadikan sampel mengingat besar
populasi yang dapat dijangkau peneliti.
D.
Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer
diperoleh dengan wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari
kantor atau instansi yang berkaitan dengan penelitian ini.
E.
Pengolahan Dan Penyajian Data
Data yang telah
dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer program
Microsoft Excell 2007 dan SPSS for windows versi 20.0 dengan langkah-langkah
pengolahan data adalah sebagai berikut.
1. Tahap editing
dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh merupakan informasi yang
benar. Pada tahap ini dilakukan dengan memperhatikan kelengkapan jawaban dan
jelas tidaknya jawabannya.
2. Pengkodean
dimaksudkan untuk menyingkat data yang diperoleh agar memudahkan mengolah dan
menganalisis data dengan memberikan kode – kode dalam bentuk angka.
3.
Pembuatan/pemindahan hasil koding kuesioner ke daftar koding (master tabel)
4. Tabulasi, pada
tahap ini data yang sudah diolah dengan komputer disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan tabel silang.
Penyajian data hasil olahan dalam bentuk tabel
distribusi dan tabel silang penggambaran sebarab variabel penelitian disertai
penjelasan.
BAB VI
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan pada Tanggal 16 sampai dengan 28 Agustus 2013 yang bertujuan untuk mengetahui faktor
yang berhubungan
dengan motivasi kerja tenaga Kesehatan
di Puskesmas Danga
Kabupaten Nagekeo berdasarkan Insentif, kondisi kerja, hubungan
dengan rekan kerja, dan masa kerja pada tenaga kesehatan. Sampel penelitian berjumlah 36 orang yang
berstatus PNS, PTT dan Tenaga Kontrak dengan cara exhaustive sampling.
- Karakteristik Responden
Dari hasil pengumpulan data berdasarkan karakteristik responden yang dipaparkan dalam bentuk tabel
adalah sebagai berikut :
a.
Kelompok Umur
Tabel 6.1
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Danga Kabupaten Nagekeo Tahun 2013
Kelompok
Umur
|
n
|
%
|
25-30
31-35
36-40
>41
|
10
9
7
10
|
27,8
25,0
19,4
27,8
|
Total
|
36
|
100,0
|
Sumber : Data Primer, 2013
Tabel 6.1 Menunjukkan bahwa kelompok umur dengan distribusi tertinggi
pada tenaga kesehatan di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo adalah kelompok umur ≥ 41 tahun dan 25-30 tahun
yaitu masing-masing sebanyak 10 (27,8%)
orang dan terendah ada pada kelompok umur
36-40 tahun yaitu 7 (19,4%) orang.
b.
Jenis Kelamin
Tabel 6.2
Distribusi
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tenaga Kesehatan di Puskesmas Danga
Kabupaten Nagekeo
Jenis
Kelamin
|
n
|
%
|
Laki-laki
Perempuan
|
12
24
|
33,3
66,7
|
Total
|
36
|
100,0
|
Sumber : Data Primer, 2013
Tabel 6.2 Menunjukkan bahwa jenis kelamin
dengan distribusi tertinggi pada tenaga kesehatan di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo adalah jenis
kelamin perempuan sebanyak 24 (66,7%) orang
dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 12 (33,3%) orang.
c.
Tingkat Pendidikan
Tabel 6.3
Distribusi
Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo
Tingkat
Pendidikan
|
n
|
%
|
SPK
D3
S1
|
4
23
9
|
11,1
63,9
25,0
|
Total
|
36
|
100,0
|
Sumber : Data Primer, 2013
Tabel 6.3 Menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dengan distribusi tertinggi
pada tenaga kesehatan di Puskesmas Danga
Kabupaten Nagekeo yaitu: D3
sebanyak 23 (63,9%) responden dan tingkat pendidikan terendah pada tenaga
kesehatan di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo yaitu SPK sebanyak 4 (11,1%)
responden.
- Variabel Penelitian
a.
Motivasi Kerja
Tabel 6.4
Distribusi
Responden Berdasarkan Motivasi Kerja di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo
Motivasi Kerja
|
n
|
%
|
Baik
Kurang
|
27
9
|
75,0
25,0
|
Total
|
36
|
100
|
Sumber : Data Primer, 2013
Tabel 6.4 Menunjukkan bahwa tenaga kesehatan di Puskesmas Danga
Kabupaten Nagekeo yang
menyatakan motivasi kerja baik sebanyak 27 (75,0%) responden sementara yang
menyatakan motivasi kerja kurang yaitu 9 (25,0%) responden.
b.
Insentif
Tabel 6.5
Distribusi
Responden Berdasarkan Insentif di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo
Insentif Tenaga Kesehatan
|
n
|
%
|
Baik
Kurang
|
25
11
|
69,4
30,6
|
Total
|
36
|
100,0
|
Sumber : Data Primer, 2013
Tabel 6.5 Menunjukkan bahwa tenaga kesehatan di Puskesmas Danga
Kabupaten Nagekeo yang
menyatakan insentif baik sebanyak 25 (69,4%) responden sementara yang
menyatakan insentif kurang yaitu 11 (30.6%) responden.
c.
Kondisi kerja
Tabel 6.6
Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi kerja di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo
Kondisi Kerja Tenaga
Kesehatan
|
n
|
%
|
Baik
Kurang
|
26
10
|
72,2
27,8
|
Total
|
36
|
100,0
|
Sumber : Data Primer, 2013
Tabel 6.6
Menunjukkan bahwa tenaga kesehatan di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo yang menyatakan kondisi
kerja baik yaitu sebanyak 26 (72,2%)
responden sementara yang menyatakan kondisi kerja kurang yaitu sebanyak 10 (27,8%)
responden.
d.
Hubungan dengan Rekan Kerja
Tabel 6.7
Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan dengan Rekan Kerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Danga Kabupaten Nagekeo
Hubungan dengan Rekan
Kerja
|
n
|
%
|
Baik
Kurang
|
25
11
|
69,4
30,6
|
Total
|
36
|
100,0
|
Sumber : Data Primer, 2013
Tabel 6.7
Menunjukkan bahwa Tenaga Kesehatan di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo yang menyatakan
hubungan dengan rekan kerja tenaga kesehatan baik yaitu sebanyak 25 (69,4%) responden sementara yang
menyatakan hubungan dengan rekan kerja tenaga kesehatan kurang yaitu sebanyak 11 (30,6%) responden.
e.
Masa Kerja Tenaga Kesehatan
Tabel 6.8
Distribusi
Responden Berdasarkan Masa Kerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo
Masa Kerja Tenaga
Kesehatan
|
n
|
%
|
Baik
Kurang
|
26
10
|
72,2
27,8
|
Total
|
36
|
100,0
|
Sumber : Data Primer, 2013
Tabel 6.8 Menunjukkan bahwa tenaga kesehatan di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo yang
menyatakan masa kerja tenaga kesehatan baik yaitu sebanyak 26 (72,2%) reponden
sedangkan yang menyatakan masa kerja tenaga kesehatan kurang yaitu sebanyak 10 (27,8%)
responden.
- Hubungan Antara Variabel
a.
Insentif berdasarkan Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan
Tabel 6.9
Hubungan Insentif dengan Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Danga Kabupaten Nagekeo Tahun 2013
Insentif Tenaga Kesehatan
|
Motivasi kerja Tenaga
Kesehatan
|
Jumlah
|
||||
Baik
|
Kurang
|
|||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
|
Baik
Kurang
|
23
4
|
92,0
36,4
|
2
7
|
8,0
63,6
|
25
11
|
100,0
100,0
|
Jumlah
|
27
|
75,0
|
9
|
25,0
|
36
|
100,0
|
Sumber : Data Primer, 2013 p= 0.001 (p<α=0.05)
Tabel 6.9 Menunjukkan bahwa dari responden dengan presentase insentif tenaga
kesehatan dengan motivasi tenaga kesehatan yang baik yaitu sebanyak 23 (92,0%) responden. Dan lebih sedikit dengan insentif
tenaga kesehatan yang kurang dengan motivasi kerja tenaga kesehatan baik
sebanyak 2 (8,0%) responden. Sedangkan dari responden dengan insentif baik dengan motivasi kerja tenaga kesehatan yang kurang yaitu sebanyak 4 (36.4%) responden. Dan
lebih tinggi Insentif tenaga kesehatan yang kurang dengan motivasi yang kurang yaitu sebanyak 7 (63,6%) responden.
Berdasarkan uji statistik (chy square) diperoleh nilai p = 0.001
lebih kecil dari nilai α = 0.05 maka Ha diterima berarti
ada hubungan antara insentif yang diterima oleh tenaga kesehatan dengan motivasi kerja tenaga Kesehatan
di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo
b.
Kondisi Kerja berdasarkan Motivasi
Kerja Tenaga Kesehatan
Tabel 6.10
Hubungan Kondisi Kerja dengan Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan di
Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo Tahun 2013
kondisi kerja
|
Motivasi Kerja Tenaga
Kesehatan
|
Jumlah
|
||||
Baik
|
Kurang
|
|||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
|
Baik
Kurang
|
17
10
|
65,4
100,0
|
9
0
|
34,6
,0
|
26
10
|
100,0
100.0
|
Jumlah
|
27
|
75,0
|
9
|
25,0
|
36
|
100,0
|
Sumber : Data Primer, 2013 p= 0.033 (p<α=0.05)
Tabel 6.10
Menunjukkan bahwa dari responden dengan presentase kondisi kerja tenaga kesehatan dengan motivasi
kerja tenaga kesehatan yang baik yaitu sebanyak 17 (65,4%) responden, dan lebih sedikit dengan kondisi kerja tenaga kesehatan
yang kurang dengan motivasi kerja tenaga kesehatan baik sebanyak 10 (100%)
responden. Sedangkan dari responden dengan kondisi kerja baik dengan motivasi kerja
tenaga kesehatan yang kurang yaitu sebanyak 9 (36,0%) responden, dan lebih
tinggi kondisi kerja tenaga kesehatan yang kurang dengan
motivasi kerja yang kurang
yaitu sebanyak 0 (0%) responden.
Berdasarkan uji statistik (chy square) diperoleh nilai p = 0.033
lebih kecil dari nilai α = 0.05 maka Ha diterima berarti
ada hubungan antara kondisi kerja tenaga kesehatan dengan motivasi kerja tenaga Kesehatan
di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo.
c.
Hubungan Rekan Kerja berdasarkan Motivasi Tenaga Kesehatan
Tabel 6.11
Hubungan dengan Rekan Kerja dengan Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo
Tahun 2013
Hubungan dengan Rekan kerja
|
Motivasi Kerja Tenaga
Kesehatan
|
Jumlah
|
||||
Baik
|
Kurang
|
|||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
|
Baik
Kurang
|
16
11
|
64,0
100,0
|
9
0
|
36,0
,0
|
25
11
|
100
100
|
Jumlah
|
27
|
75,0
|
9
|
25,0
|
36
|
100,0
|
Sumber : Data Primer, 2013 p= 0,022 (p<α=0.05)
Tabel 6.11 Menunjukkan bahwa dari responden
dengan presentase
hubungan dengan rekan kerja tenaga kesehatan dengan motivasi kerja tenaga
kesehatan yang baik yaitu sebanyak 16 (64,0%) responden, dan lebih sedikit dengan hubungan
dengan rekan kerja tenaga kesehatan yang kurang dengan motivasi kerja tenaga
kesehatan baik sebanyak 11 (36,0%) responden. Sedangkan dari
responden dengan
hubungan dengan rekan kerja baik dengan motivasi kerja tenaga kesehatan yang kurang yaitu sebanyak 9 (36,0%) responden, dan
lebih tinggi hubungan dengan rekan kerja tenaga kesehatan yang kurang dengan motivasi
kerja yang kurang
yaitu sebanyak 0 (0%) responden.
Berdasarkan uji statistik (chy square) diperoleh nilai p = 0.022 lebih kecil dari nilai α = 0.05 maka Ha diterima berarti
ada hubungan antara rekan kerja tenaga kesehatan dengan motivasi tenaga kesehatan di Puskesmas
Danga Kabupaten Nagekeo.
d.
Masa Kerja berdasarkan Motivasi Tenaga Kesehatan
Tabel 6.12
Hubungan Masa Kerja dengan Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo
Tahun 2013
Tahun 2013
Masa kerja
|
Motivasi Kerja Tenaga
Kesehatan
|
Jumlah
|
||||
Baik
|
Kurang
|
|||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
|
Baik
Kurang
|
17
10
|
65,4
100,0
|
9
0
|
34,6
,0
|
26
10
|
100,0
100.0
|
Jumlah
|
27
|
75,0
|
9
|
25,0
|
36
|
100,0
|
Sumber : Data Primer, 2013 p= 0.033 (p<α=0.05)
Tabel 6.12 Menunjukkan
bahwa dari responden dengan presentase masa kerja tenaga kesehatan dengan motivasi kerja
tenaga kesehatan yang baik yaitu sebanyak 17 (65,4%) responden, dan lebih sedikit dengan
masa kerja tenaga kesehatan yang kurang dengan motivasi kerja tenaga kesehatan
baik sebanyak 10 (100%) responden. Sedangkan dari responden dengan masa kerja tenaga
kesehatan baik dengan motivasi kerja tenaga kesehatan yang kurang yaitu sebanyak 9 (34,6%) responden, dan
lebih tinggi masa kerja tenaga kesehatan yang kurang dengan motivasi kerja
tenaga kesehatan yang kurang yaitu sebanyak 0 (0%) responden.
Berdasarkan uji statistik (chy square) diperoleh nilai p = 0.033 lebih kecil dari nilai α = 0.05 maka Ha
diterima berarti ada hubungan antara masa kerja tenaga kesehatan dengan motivasi kerja tenaga kesehatan di Puskesmas
Danga Kabupaten Nagekeo.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan tentang motivasi kerja tenaga kesehatan di
Puskesmas Danga Kabupaten Nagekeo Tahun 2013, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Ada
hubungan anatara pemberian insentif pada tenaga kesehatan di Puskesmas Danga
Kabupaten Nagekeo dan motivasi kerja dengan p= 0.001 lebih kecil dari nilai α = 0.05
2.
Ada
hubungan antara kondisi kerja pada tenaga kesehatan di Puskesmas Danga
Kabupaten Nagekeo dan motivasi kerja dengan p= 0.033 lebih kecil
dari nilai α = 0.05
3.
Ada
hubungan antara hubungan dengan rekan kerja pada tenaga kesehatan di Puskesmas Danga
Kabupaten Nagekeo dan motivasi kerja dengan p= 0.022 lebih kecil
dari nilai α = 0.05
4.
Ada
hubungan antara masa kerja pada tenaga kesehatan di Puskesmas Danga Kabupaten
Nagekeo dan motivasi kerja dengan p = 0.033 lebih kecil dari nilai α=
0.05
B. Saran
1. Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan lagi pemberian
insentif kepada petugas kesehatan sesuai dengan prestasi kerja, sehingga mereka
lebih termotivasi untuk bekerja.
2.
Sebaiknya
pemerintah setempat lebih meningkatkan upaya untuk mengantisipasi kejenuhan dengan
menatata ruang kerja, sehingga petugas kesehatan tidak jenuh dan termotivasi
dalam bekerja
3.
Sebaiknya
tenaga kesehatan menjaga lingkungan kerja yang memberikan kenyamanan, yang
diciptakan melalui hubungan yang saling mendukung antara tenaga kesehatan lainnya
dalam bentuk komunikasi, interaksi dan saling menghargai sehingga motivasi
kerja dapat meningkat
4. Diharapkan kepada pihak puskesmas memperhatikan tenaga
kesehatan dalam pengembangan karir bagi tenaga kesehatan yang memiliki masa
kerja lama..
DAFTAR
PUSTAKA
Abd. Rachman Syam. 2008. Upaya Peningkatan Motivasi Kerja Pegawai. http//www.rianblogshop.com.
Aswar, Azrul,
1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Carey. L, 2008, Pengaruh
Insentif Dan Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja, (Htpp://www.kumpulblogger.com),
di akses 13 juli 2013
Depkes RI, 2005, Upaya
Pembangunan Kesehatan, Dirjen Yanmed, Jakarta.
Depkes RI, 2006, Kebijakan
Pengembangan Tenaga Kesehatan, Bhakti Husada, Jakarta.
Depkes RI, 2006, Kebijakan
Pengembangan Tenaga Kesehatan, Bhakti Husada, Jakarta.
Entjang, 2005, Insentif
Dan Motivasi Bagi Petugas Kesehatan, (Htpp://www.depkesri.go.id),
di akses 13 juli 2013
Depkes RI, 2010, Pemberian
Insentif Pada Tenaga Kesehatan, Bhakti Husada, Jakarta.
Erichinko, 2008, Rangkuman
Teori Motivasi, Manajemen Kerja SDM (Htpp://www.oneindoskripsi),
di akses 13 juli 2013
Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2010, Penuntun
Penyusunan Skripsi, Universitas Pancasakti, Makassar.
Floryda. 2012. ”Gambaran
Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Waiwerang Kecamatan Adonara Timur
Kabupaten Flores Timur Provinsi NTT”.STIK Tamalatea.Makassar
Gibson. 1987.”Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kinerja”. (http:/perawat. info. google.
Hasibuan, 2002, Organisasi Dan Motivasi Dasar –
dasar Peningkatan Produktivitas, Jakarta .
Haris Muslim. Dkk, 2009. Panduan
Penulisan Skripsi STIK Tamalatea.
Makassar.
Makassar.
Ikhwan, 2007. Studi
Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan Rumah
Sakit Umum Daerah Pare-pare. Skripsi Tidak Diterbitkan, UNHAS
Ilyas. Y, 2001, Kinerja
(Teori, Penilaian dan Penelitian), Penerbit Pusat Kajian Ekonomi
Kesehatan FKM UI, Depok, Jakarta .
Kartono. K, 2003, Motivasi dan Produktivitas Kerja, PT. Raja Grafido Persada, Jakarta .
Keputusan Menteri Kesehatan,
2004, Upaya Revitalisasi Pelayanan Kesehatan Puskesmas Dan Peningkatan
Kualitas Pelayanan Kesehatan, (Http:///www.Depkes.co.id),
di akses 1 juli 2013
Mangkunegara.
2000, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT. Remaja Rasdakarya, Bandung
Marni .
2008, Kinerja dan Performance Organisasi, EGCJakarta
Muhaimin, 2008, Motivasi Kerja Dan Kepuasan
Kerja, (Htpp://www.kumpulblogger.com), di akses 9 juli 2013
Ngalim
Purwanto. 2006, Motivasi Kerja, Diknakes, Jakarta
Notoatmodjo Soekidjo,
2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan 2, Rineka Cipta,
Jakarta.
Priharjo, 1995, Praktek
Keperawatan Profesional, Konsep Dasar dan Hukum, Jakarta .
Santoso. 2006, Manajemen
Sumber Daya Manusia Di Rumah Sakit,
EGCJakarta
Salmon, Kristiani,
2008, Hubungan Persepsi Mengenai Sistem pemberian Insentif dan Kepuasan Karyawan di RS HKBP
Balige, Tesis, MMR, UGM Yogyakarta.
Sondang Siagian, 1995, Bunga Rampai Manajemen Modern, Gunung
Agung, Jakarta.(http://pustaka.iba.ac.id/index.php?p=show_detail&id=3579),
di akses 10 juli 2013
Sugiyono. 2004. Metode
Penelitia administrasi. Rineka Cipta. Jakarta
Sunariyo. 2005. Motivasi
dan Produktivitas Kerja. Ghalia
Indonesia, Bogor
Swarburg R C, 2005. Hubungan
Pemenuhan Kebutuhan Tenaga Kerja Dengan Motivasi Kerja, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Wahjosumidgo, 2008, Kepemimpinan
Dan Motivasi , Ghalia Indonesia, Jakarta. (http://opac.web.id/kepemimpinan-dan-motivasi-.html),
di akses 20 juli 2013